Kota Yogyakarta
Yogyakarta adalah satu-satunya propinsi yang diperintah oleh seorang Raja sebagai Gubernur, di Yogyakarta ada Istana Kerajaan Ngayogyakarto Hadiningrat yang dipimpin oleh seorang Raja bernama Sri Sultan Hamengku Buwono X, Propinsi Yogyakarta terletak di Jawa Tengah bagian selatan pulau Jawa.
Luas wilayah Propinsi ini agak lebih besar sedikit dibandingkan dengan ibukota Jakarta dan pembagian wilayah sama persis dengan ibukota Jakarta sekitar 3.186 km persegi, dengan total penduduk 3.226.443 (Statistik Desember 1997).
Sumber: http://id.shvoong.com/humanities/history/1947170-sejarah-yogyakarta.
Yogyakarta pernah menjadi Ibukota pada tahun 1946 dijaman awal kemerdekaan Republik Indonesia, pada saat itu yang memerintah Yogyakarta adalah Kanjeng Sultan Hamengku Buwono IX.
Inilah sejarah awal berdirinya Negara Ngayogyakarta Hadiningrat yang dikutip dari sumber Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemerintah Propinsi Yogyakarta, setelah melalui perjuangan yang panjang Pangeran Mangkubumi (adik dari Sunan Paku Buwono II) yang bergelar Susuhunan Kabanaran pada tanggal 13 Februari 1755 atau menurut penanggalan jawa adalah Kemis Kliwon 29 Rabiulakhir 1680 menandatangani Perjanjian Giyanti atau yang disebut Palihan Nagari. perjanjian inilah yang menjadi titik awal dari berdirinya Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Pangeran Mangkubumi merubah gelarnya menjadi Sri Sultan Hamengku Buwana Senopati Ing Ngalaga Abdurrahman Sayidin Panatagama Kalifatullah Ingkang Jumeneng Kaping I atau disingkat Sri Sultan Hemengku Buwana I. Satu bulan setelah perjanjian giyanti ditanda tangani tepatnya pada hari Kemis Pon 29 Jumadilawal 1680 atau 13 Maret 1755 Sri Sultan HB I memproklamirkan berdirinya Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dengan ibukotanya Ngayogyakarta, dan yang lebih hebatnya HB I menggunakan lebih dari separuh tlatah Kerajaan Mataram. Proklamasi ini dilakukan di Pesanggrahan Ambarketawang dan dikenal dengan peristiwa Hadeging Nagari Dalem Kasultanan Mataram – Ngayogyakarta (letaknya disebelah barat kota Yogyakarta). Pada hari Kamis Pon tanggal 3 sura 1681 atau bertepatan dengan tanggal 9 Oktober 1755, Sri Sultan Hamengku Buwana I memerintahkan untuk membangun Kraton Ngayogyakarta di Desa Pacethokan dalam Hutan Beringan yang pada awalnya bernama Garjitawati. Setelah Keraton Ngayogyakarta selesai didirikan dalam waktu 1 (satu) tahun, maka HB I memboyong isteri dan anaknya pindah dari pesanggrahan Ambarketawang ke Keraton Ngayogyakarta baru Pada hari Kamis pahing tanggal 13 Sura 1682 bertepatan dengan 7 Oktober 1756, yang ditandai dengan candra sengkala "Dwi Naga Rasa Tunggal" berupa dua ekor naga yang ekornya saling melilit dan dilukiskan di atas banon/renteng kelir baturana Kagungan Dalem Regol Kemagangan dan Regol Gadhung Mlathi. Berdasarkan peristiwa itu semua maka ditetapkansebagai hari jadinya kota Ngayogyakarta dan tanggal itu juga dipakai sebagai peringatan hari jadi kota Yogyakarta sampai saat ini dan telah dikuatkan dengan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 6 Tahun 2004.
Dalem Keraton sisi barat.
Bangunan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat terdiri dari 7 (tujuh) bangsal, Masing-masing bangsal dibatasi dengan gapura atau pintu masuk, Keenam gapura itu adalah gapura Brojonolo, Sri Manganti, Danapratopo, Kemagangan, Gadungmlati, dan Kemandungan. Bangunan inti kraton dibentengi dengan tembok ganda setinggi 3,5 meter berbentuk bujur sangkar (1.000 x 1.000 meter), untuk masuk kedalm Keraton Ngayogyakarta harus melewati pintu gerbang yang disebut plengkung.
1. Plengkung Tarunasura atau Plengkung Wijilan di sebelah Timur Laut keraton.Dalem Keraton sisi barat.
Bangunan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat terdiri dari 7 (tujuh) bangsal, Masing-masing bangsal dibatasi dengan gapura atau pintu masuk, Keenam gapura itu adalah gapura Brojonolo, Sri Manganti, Danapratopo, Kemagangan, Gadungmlati, dan Kemandungan. Bangunan inti kraton dibentengi dengan tembok ganda setinggi 3,5 meter berbentuk bujur sangkar (1.000 x 1.000 meter), untuk masuk kedalm Keraton Ngayogyakarta harus melewati pintu gerbang yang disebut plengkung.
Ada 5 (lima) pintu gerbang yaitu :
2. Plengkung Jogosuro atau Plengkung Ngasem di sebelah Barat Daya.
3. Plengkung Joyoboyo atau Plengkung Tamansari di sebelah Barat.
4. Plengkung Nirboyo atau Plengkung Gading di sebelah Selatan.
5. Plengkung Tambakboyo atau Plengkung Gondomanan di sebelah Timur.
Pada benteng, khususnya yang berada di sebelah selatan dilengkapi jalan kecil yang berfungsi untuk memobilisasi prajurit dan persenjataan. Keempat sudut benteng dibuat bastion atau kastil kecil yang dilengkapi dengan lubang kecil yang berfungsi untuk mengintai musuh letaknya disetiap sudut dari benteng keraton Ngayogyakarta dan bangunan tersebut sampai sekarang masih berdiri dan dipertahankan sebagai cadar budaya keraton Ngayogyakarta.
Silsilah pemerintahan atau urut urutan pemerintahan Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat adalah sebagai berikut :
1. Kanjeng Sri Sultan Hamengku Buwana I (GRM Sujono) memerintah dari tahun 1755 - 1792.
2. Kanjeng Sri Sultan Hamengku Buwana II (GRM Sundoro) memerintah dari tahun 1792 - 1812.
3. Kanjenag Sri Sultan Hamengku Buwono III (GRM Surojo) memerintah dari tahun 1812-1814.
4. Kanjeng Sri Sultan Hamengku Buwono IV (GRM Ibnu Djarot) memerintah dari tahun 1814-1823.
5. Kanjeng Sri Sultan Hamengku Buwono V (GRM Gathot Menol) memerintah dari tahun 1823-1855.
6. Kanjeng Sri Sultan Hamengku Buwono VI (GRM Mustojo) memerintah dari tahun 1855-1877.
7. Kanjeng Sri Sultan Hamengku Buwono VII (GRM Murtedjo) memerintah dari tahun 1877-1921.
8. Kanjeng Sri Sultan Hamengku Buwono VIII (GRM Sudjadi) memerintah dari tahun 1921-1939.
9. Kanjeng Sri Sultan Hamengku Buwono IX (GRM Dorojatun) memerintah dari tahun 1940-1988.
10. Kanjeng Sri Sultan Hamengku Buwono X (GRM Hardjuno Darpito) memimpin dari tahun 1989 - sampai sekarang.
Silsilah pemerintahan atau urut urutan pemerintahan Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat adalah sebagai berikut :
1. Kanjeng Sri Sultan Hamengku Buwana I (GRM Sujono) memerintah dari tahun 1755 - 1792.
2. Kanjeng Sri Sultan Hamengku Buwana II (GRM Sundoro) memerintah dari tahun 1792 - 1812.
3. Kanjenag Sri Sultan Hamengku Buwono III (GRM Surojo) memerintah dari tahun 1812-1814.
4. Kanjeng Sri Sultan Hamengku Buwono IV (GRM Ibnu Djarot) memerintah dari tahun 1814-1823.
5. Kanjeng Sri Sultan Hamengku Buwono V (GRM Gathot Menol) memerintah dari tahun 1823-1855.
6. Kanjeng Sri Sultan Hamengku Buwono VI (GRM Mustojo) memerintah dari tahun 1855-1877.
7. Kanjeng Sri Sultan Hamengku Buwono VII (GRM Murtedjo) memerintah dari tahun 1877-1921.
8. Kanjeng Sri Sultan Hamengku Buwono VIII (GRM Sudjadi) memerintah dari tahun 1921-1939.
9. Kanjeng Sri Sultan Hamengku Buwono IX (GRM Dorojatun) memerintah dari tahun 1940-1988.
10. Kanjeng Sri Sultan Hamengku Buwono X (GRM Hardjuno Darpito) memimpin dari tahun 1989 - sampai sekarang.
Itulah silsilah pemerintahan Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, Daerah Istimewa Yogyakarta saat ini di pimpin oleh Kanjeng Sri Sultan Hamengku Buwono X dan juga merangkap sebagai gubernur DIY, sedangkan wakil gubernur ditetapkan oleh Pemerintah RI menurut Ketetapan Presiden RI - I Soekarno adalah Sri Paduka Pakualam VIII saat itu sekarang dijabat oleh anaknya Sri Paduka Pakualam IX, Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai banyak sekali obyek wisata dan kebudayaan kuno serta bangunan Pra-sejarah.
Propinsi DIY dibagi menjadi 5 daerah Kabupaten menurut Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), yaitu
Kabupaten Sleman, yang terletak dibagian utara propisnsi Yogyakarta dimana di Kabupaten ini banyak sekali diketemukan situs-situs purbakala dan obyek wisata alam; antara lain obyek wisata Gunung berapi paling aktif di dunia yaitu Merapi, obyek wisata Kaliurang.
Kabupaten Wonosari Handayani terletak ditimur wilayah Yogyakarta dengan ciri khas daerah bebatuan Gamping atau Karst Topography dimana banyak terdapat gua-gua alam baik gua horizontal maupun gua vertikal, serta sungai dibawah tanah yang terkenal adalah sungai digua Bribik.
Kantor Pos Besar dimalam hari (sumber photo Rini Bahaudin).
Kabupaten Wates disebelah barat Keraton Ngayogyakarta dengan ibukota kabupaten wates, letaknya disebelah barat keraton kurang lebih 36 Km, terkenal dengan pantai Glagah dan juga pasir besinya, serta gua-gua alam horizontal.
Kabupaten Bantul yang terletak disebelah selatan Keraton Yogyakarta dengan keindahan pantai ParangTritis (Paris), dan juga obyek wisata Kasongan, Tembi, dan masih banyak lagi obyek wisata yang dapat dijangkau dan mudah menjangkaunya.
Plengkung Gading (Sumber photo Rini Bahaudin)
Kota Yogyakarta, didalam kota Yogyakarta ada sebuah jalan yang sangat terkenal di seluruh Nusantara yaitu Jalan Malioboro, jalan yang membelah kota Yogyakarta dan menghubungkan secara imaginer antara Keraton Ngayogyakarta dengan Keraton Kerajaan Merapi, dimana apabila kita berjalan lurus kearah utara maka akan menjumpai sebuah tugu yang diberi nama Tugu Yogyakarta.
Salam
Sapto Prijono
0 comments:
Post a Comment